Surah Al-Kahfi Dan Terjemahan

Rate this posting:
{[['', '']]}
{["Useless", "Boring", "Need more details", "Perfect"]}
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

“Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.”
(HR. Abu Bakr bin Mardawaih)

Surah Al-Humazah (Pengumpat)

Rate this posting:
{[['', '']]}
{["Useless", "Boring", "Need more details", "Perfect"]}

Allah telah memberikan banyak sekali kenikmatan dan karunia kepada manusia. Akan tetapi banyak manusia yang lupa bahwa semuanya adalah berasal dari Allah. mereka menganggap karunia tersebut adalah hasil dari usahanya sendiri. Sehingga mereka menjadi serakah dan tidak mau berbagi dengan orang lain. Mereka juga menjadi orang yang sombong dan suka merendahkan orang lain. Padahal dalam karunia yang mereka dapat terselip hak orang lain.

Kata “al-Humazah” diambil dari ayat pertama berarti pengumpat. Surat al-Humazah terdiri dari 9 ayat. Surat ini diturunkan di kota Mekah sehingga dikategorikan sebagai surat Makiyah. Surat ini juga sering disebut dengan surat “wail li kulli” atau “al-Huthamah”.

Surat al-Humazah merupakan wahyu ke-31 yang diterima oleh Nabi Muhammad. Ia turun sesudah surat al-Qiyamah dan sebelum surat al-Mursalat.

Surat ini berisi tentang ancaman terhadap dua perbuatan yang dilakukan karena tidak peduli dengan lingkungan sekitar yaitu :
mengumpat dan mencela orang lain.

Mengumpat dan mencela adalah perbuatan yang dilakukan karena didasari rasa sombong. Mereka yang melakukan perbuatan ini merasa dirinya lebih tinggi dari orang yang diumpat atau dicelanya. Mereka juga mempunyai perasaan bahwa dirinya adalah orang yang benar dan mulia. Padahal bisa jadi orang dihinanya itu lebih baik darinya.

Hanya Wanita Biasa

Rate this posting:
{[['', '']]}
{["Useless", "Boring", "Need more details", "Perfect"]}

Tafsir Surat At-Tiin: Pahala yang Tidak Terputus Hingga Tua

Rate this posting:
{[['', '']]}
{["Useless", "Boring", "Need more details", "Perfect"]}


Anak muda kalau rajin beramal di waktu mudanya, maka akan jadi amalan tak terputus hingga waktu tuanya. Inilah faedah dari surat At-Tiin yang kita kaji kali ini.

Allah Ta’ala berfirman,

وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ (1) وَطُورِ سِينِينَ (2) وَهَذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ (3) لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ (6) فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ (7) أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ (8)

“Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang aman. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu? Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?” (QS. At-Tiin: 1-8)
Keutamaan Nabi Ulul ‘Azmi
Allah telah bersumpah dengan tiga tempat diutusnya para Nabi Ulul ‘Azmi yaitu
1. Tempat adanya buah tiin dan zaitun, yaitu Baitul Maqdis, tempat diutusnya Nabi ‘Isa ‘alaihis salam.
2. Bukit Sinai yaitu tempat Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa bin ‘Imran ‘alaihis salam.
3. Negeri Mekah yang penuh rasa aman, tempat diutus Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 601) 
Sumpah dengan tiga hal di atas menunjukkan kemuliaan Nabi Ulul ‘Azmi –semoga bagi mereka shalawat dan salam-.
Dari Sempurna Lalu Masuk Neraka 
Setelah bersumpah dengan tiga tempat tersebut, lalu disebutkan al-muqsam ‘alaih yaitu isi sumpah, 
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. At Tiin: 4-6). 
Tafsiran pertama dari ayat di atas, manusia diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya yang sempurna. Kemudian ia akan masuk dalam neraka. Demikian yang dikatakan oleh Mujahid, Abul ‘Aliyah, Al-Hasan Al-Bashri, Ibnu Zaid dan selainnya. Ia masuk neraka dikarenakan ia tidak mau taat pada Allah Ta’ala dan enggan mengikuti ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang selamat dari neraka adalah orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 601)
Tafsiran kedua dari ayat di atas, manusia diciptakan dalam keadaan kuat ketika muda lalu dikembalikan di usia tua dalam keadaan lemah. Tafsiran kedua ini disebutkan dari Ibnu ‘Abbas dan ‘Ikrimah. Pendapat ini juga dianut oleh Ibnu Jarir.
Namun menurut Ibnu Katsir, ayat di atas sama seperti maksud ayat,
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ 3
 
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3). Maksudnya, yang dikembalikan ke tempat yang rendah adalah dijadikan orang yang merugi. Yang tidak merugi hanyalah orang yang beriman dan beramal shalih.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
 
فَحَكَمَ عَلَى النَّوْعِ كُلِّهِ وَالْأُمَّةِ الْإِنْسَانِيَّةِ جَمِيعِهَا بِالْخَسَارَةِ وَالسُّفُولِ إلَى الْغَايَةِ إلَّا الْمُؤْمِنِينَ الصَّالِحِينَ
“Seluruh manusia dan umat berada dalam kerugian dan keadaan yang serendah-rendahnya kecuali orang beriman dan beramal shalih.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 2: 5)
Karena kalau diartikan keadaan yang rendah (jelek) dalam surat At-Tiin adalah keadaan di waktu harom
(waktu tua), sebenarnya orang beriman pun ada yang merasakan sulit beramal di waktu tuanya. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 601)
Sedari Muda Hingga Tua
Penjelasan dari ulama tafsir yang lain ….
Maksud ayat “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” ada empat pendapat. Di antara pendapat tersebut adalah “Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya seperti di waktu mudanya yaitu dalam keadaan kuat dan semangat untuk beramal.” Pendapat ini dipilih oleh ‘Ikrimah.
“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya”. Menurut Ibnu ‘Abbas, ‘Ikrimah, Ibrahim dan Qatadah, juga Adh-Dhahak, yang dimaksudkan dengan bagian ayat ini adalah “dikembalikan ke masa tua renta setelah berada di usia muda, atau dikembalikan di masa-masa tidak semangat untuk beramal setelah sebelumnya berada di masa semangat untuk beramal.”
Masa tua adalah masa tidak semangat untuk beramal. Seseorang akan melewati masa kecil, masa muda, dan masa tua. Masa kecil dan masa tua adalah masa sulit untuk beramal, berbeda dengan masa muda, yaitu masa emas untuk beramal shalih.
Ibrahim An-Nakha’i mengatakan, “Jika seorang mukmin berada di usia senja dan pada saat itu sangat sulit untuk beramal, maka dia akan dicatat sebagaimana dahulu (di waktu muda) dia pernah beramal. Inilah yang dimaksudkan dengan firman Allah (yang artinya): bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” 
Ibnu Qutaibah mengatakan, “Makna firman Allah yang artinya “Kecuali orang-orang yang beriman” adalah kecuali orang-orang yang beriman di waktu mudanya, di saat kondisi fit (semangat) untuk beramal, maka mereka di waktu tuanya nanti tidaklah berkurang amalan mereka. Walaupun mereka tidak mampu melakukan amalan ketaatan di saat usia senja. Karena Allah Ta’ala Maha Mengetahui, seandainya mereka masih diberi kekuatan beramal sebagaimana waktu mudanya, maka mereka tidak akan berhenti dari beramal kebaikan. Maka orang yang gemar beramal di waktu mudanya, (di saat tua renta), dia akan diberi ganjaran sebagaimana di waktu mudanya.” (Lihat Zaad Al-Masiir, 9: 172-174 dan Tafsir Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 7: 72)
Jika seseorang sulit beramal di waktu tua padahal waktu mudanya gemar beramal, maka ia tetap dicatat seperti keadaannya di waktu muda. Sama halnya keadaannya seperti orang yang sakit dan bersafar. Dalam hadits Abu Musa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا
“Jika seorang hamba sakit atau bersafar, maka dicatat baginya semisal keadaan ketika ia beramal saat mukim atau sehat.” (HR. Bukhari no. 2996)
Berlindung dari Keadaan Jelek di Waktu Tua
Jadi, usia muda adalah masa fit (semangat) untuk beramal. Oleh karena itu, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya. Janganlah disia-siakan. Mintalah juga perlindungan kepada Allah dari usia tua yang jelek sebagaimana do’a yang Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam contohkan. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa meminta perlindungan dengan do’a,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَرَمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ
Allahumma inni a’udzu bika minal kasl wa a’udzu bika minal jubn, wa a’udzu bika minal harom, wa a’udzu bika minal bukhl
[artinya: Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari rasa malas, aku meminta perlindungan pada-Mu dari lemahnya hati, aku meminta perlindungan pada-Mu dari usia tua (yang sulit untuk beramal) dan aku meminta perlindungan pada-Mu dari sifat kikir (pelit)].” (HR. Bukhari no. 6371)
Ada empat hal yang diminta dilindungi dalam doa di atas:
1- Sifat al-kasal, yaitu tidak ada atau kurangnya dorongan (motivasi) untuk melakukan kebaikan padahal dalam keadaan mampu untuk melakukannya. Inilah sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Nawawi rahimahullah.
Bedanya dengan kasal dan ‘ajz, ‘ajz itu tidak ada kemampuan sama sekali, sedangkan kasal itu masih ada kemampuan namun tidak ada dorongan untuk melakukan kebaikan.
2- Sifat al-jubn, artinya berlindung dari rasa takut (lawan dari berani), yaitu berlindung dari sifat takut untuk berperang atau tidak berani untuk beramar ma’ruf nahi mungkar. Juga do’a ini bisa berarti meminta perlindungan dari hati yang lemah.
3- Sifat al-harom, artinya berlindung dari kembali pada kejelekan umur (di masa tua). Ada apa dengan masa tua? Karena pada masa tua, pikiran sudah mulai kacau, kecerdasan dan pemahaman semakin berkurang, dan tidak mampu melakukan banyak ketaatan.
4- Sifat al-bukhl, artinya berlindung dari sifat pelit (kikir). Yaitu do’a ini berisi permintaan agar seseorang bisa menunaikan hak pada harta dengan benar, sehingga memotivasinya untuk rajin berinfak (yang wajib atau yang sunnah), bersikap dermawan dan berakhlak mulia. Juga do’a ini memaksudkan agar seseorang tidak tamak dengan harta yang tidak ada padanya. (Lihat Syarh Shahih Muslim, 17: 28-30)
Allah adalah Hakim Seadil-Adilnya
Di akhir ayat, Allah sebut, 
فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ (7) أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ (8) 
“Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu? Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?” (QS. At-Tiin: 1-8)
Syaikh As-Sa’di rahimahullah berkata, “Apa yang menyebabkan manusia sampai mengingkari hari pembalasan terhadap amalan. Padahal telah banyak bukti dari berbagai ayat Allah dengan bukti yang yakin. Juga sudah ada bukti dengan berbagai nikmat yang telah Allah beri yang kita jangan sampai mengingkarinya.
Bukankah Allah adalah Hakim yang seadil-adilnya? Maksudnya, Allah tidak akan membiarkan manusia begitu saja tanpa diperintah dan tanpa dilarang. Tak mungkin pula Allah membiarkan mereka tanpa diberi pahala dan tanpa diberi hukuman.” (Tafsir As-Sa’di, hlm. 976)
Faedah Surat At-Tiin 
Terakhir, faedah penting yang bisa kita ambil:
1. Keutamaan Nabi Ulul ‘Azmi yang disebut dalam surat ini yaitu Nabi ‘Isa, Nabi Musa, dan Nabi Muhammad ‘alaihimush sholaatu was salaam.
2. Buah tiin dan zaitun punya banyak manfaat, dianjurkan untuk menanamnya.
3. Kota Makkah adalah kota yang mulia dan penuh rasa aman.
4. Allah memuliakan manusia dengan menciptakannya dalam bentuk yang sebaik-baiknya.Allah memuliakan seorang muslim, ketika ia dipanjangkan umurnya, ketika ia berada di usia senja, tetap amalannya dicatat seperti ia muda. Allah terus memberikannya kebaikan dan menjauhkan darinya kejelekan. 
Hanya Allah yang memberi taufik.
Referensi:
Aysar At-Tafasir li Kalam Al-‘Aliyyil Kabir. Cetakan pertama, tahun 1419 H. Syaikh Abu Bakr Jabir Al-Jazairi. Penerbit Maktabah Adhwa’ Al-Manar.
Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
Tafsir As-Sa’di (Taisir Al-Karim Ar-Rahman). Cetakan kedua, tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
Tafsir Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Cetakan pertama, tahun 1432 H. Iyad bin ‘Abdul Lathif bin Ibrahim Al-Qaisi. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.

Anak muda kalau rajin beramal di waktu mudanya, maka akan jadi amalan tak terputus hingga waktu tuanya. Inilah faedah dari surat At-Tiin yang kita kaji kali ini.

Allah Ta’ala berfirman,

وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ (1) وَطُورِ سِينِينَ (2) وَهَذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ (3) لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ (6) فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ (7) أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ (8)

“Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang aman. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu? Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?” (QS. At-Tiin: 1-8)
Keutamaan Nabi Ulul ‘Azmi
Allah telah bersumpah dengan tiga tempat diutusnya para Nabi Ulul ‘Azmi yaitu
1. Tempat adanya buah tiin dan zaitun, yaitu Baitul Maqdis, tempat diutusnya Nabi ‘Isa ‘alaihis salam.
2. Bukit Sinai yaitu tempat Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa bin ‘Imran ‘alaihis salam.
3. Negeri Mekah yang penuh rasa aman, tempat diutus Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 601) 
Sumpah dengan tiga hal di atas menunjukkan kemuliaan Nabi Ulul ‘Azmi –semoga bagi mereka shalawat dan salam-.
Dari Sempurna Lalu Masuk Neraka 
Setelah bersumpah dengan tiga tempat tersebut, lalu disebutkan al-muqsam ‘alaih yaitu isi sumpah, 
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. At Tiin: 4-6). 
Tafsiran pertama dari ayat di atas, manusia diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya yang sempurna. Kemudian ia akan masuk dalam neraka. Demikian yang dikatakan oleh Mujahid, Abul ‘Aliyah, Al-Hasan Al-Bashri, Ibnu Zaid dan selainnya. Ia masuk neraka dikarenakan ia tidak mau taat pada Allah Ta’ala dan enggan mengikuti ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang selamat dari neraka adalah orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 601)
Tafsiran kedua dari ayat di atas, manusia diciptakan dalam keadaan kuat ketika muda lalu dikembalikan di usia tua dalam keadaan lemah. Tafsiran kedua ini disebutkan dari Ibnu ‘Abbas dan ‘Ikrimah. Pendapat ini juga dianut oleh Ibnu Jarir.
Namun menurut Ibnu Katsir, ayat di atas sama seperti maksud ayat,
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ 3
 
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3). Maksudnya, yang dikembalikan ke tempat yang rendah adalah dijadikan orang yang merugi. Yang tidak merugi hanyalah orang yang beriman dan beramal shalih.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
 
فَحَكَمَ عَلَى النَّوْعِ كُلِّهِ وَالْأُمَّةِ الْإِنْسَانِيَّةِ جَمِيعِهَا بِالْخَسَارَةِ وَالسُّفُولِ إلَى الْغَايَةِ إلَّا الْمُؤْمِنِينَ الصَّالِحِينَ
“Seluruh manusia dan umat berada dalam kerugian dan keadaan yang serendah-rendahnya kecuali orang beriman dan beramal shalih.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 2: 5)
Karena kalau diartikan keadaan yang rendah (jelek) dalam surat At-Tiin adalah keadaan di waktu harom
(waktu tua), sebenarnya orang beriman pun ada yang merasakan sulit beramal di waktu tuanya. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 601)
Sedari Muda Hingga Tua
Penjelasan dari ulama tafsir yang lain ….
Maksud ayat “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” ada empat pendapat. Di antara pendapat tersebut adalah “Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya seperti di waktu mudanya yaitu dalam keadaan kuat dan semangat untuk beramal.” Pendapat ini dipilih oleh ‘Ikrimah.
“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya”. Menurut Ibnu ‘Abbas, ‘Ikrimah, Ibrahim dan Qatadah, juga Adh-Dhahak, yang dimaksudkan dengan bagian ayat ini adalah “dikembalikan ke masa tua renta setelah berada di usia muda, atau dikembalikan di masa-masa tidak semangat untuk beramal setelah sebelumnya berada di masa semangat untuk beramal.”
Masa tua adalah masa tidak semangat untuk beramal. Seseorang akan melewati masa kecil, masa muda, dan masa tua. Masa kecil dan masa tua adalah masa sulit untuk beramal, berbeda dengan masa muda, yaitu masa emas untuk beramal shalih.
Ibrahim An-Nakha’i mengatakan, “Jika seorang mukmin berada di usia senja dan pada saat itu sangat sulit untuk beramal, maka dia akan dicatat sebagaimana dahulu (di waktu muda) dia pernah beramal. Inilah yang dimaksudkan dengan firman Allah (yang artinya): bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” 
Ibnu Qutaibah mengatakan, “Makna firman Allah yang artinya “Kecuali orang-orang yang beriman” adalah kecuali orang-orang yang beriman di waktu mudanya, di saat kondisi fit (semangat) untuk beramal, maka mereka di waktu tuanya nanti tidaklah berkurang amalan mereka. Walaupun mereka tidak mampu melakukan amalan ketaatan di saat usia senja. Karena Allah Ta’ala Maha Mengetahui, seandainya mereka masih diberi kekuatan beramal sebagaimana waktu mudanya, maka mereka tidak akan berhenti dari beramal kebaikan. Maka orang yang gemar beramal di waktu mudanya, (di saat tua renta), dia akan diberi ganjaran sebagaimana di waktu mudanya.” (Lihat Zaad Al-Masiir, 9: 172-174 dan Tafsir Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 7: 72)
Jika seseorang sulit beramal di waktu tua padahal waktu mudanya gemar beramal, maka ia tetap dicatat seperti keadaannya di waktu muda. Sama halnya keadaannya seperti orang yang sakit dan bersafar. Dalam hadits Abu Musa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا
“Jika seorang hamba sakit atau bersafar, maka dicatat baginya semisal keadaan ketika ia beramal saat mukim atau sehat.” (HR. Bukhari no. 2996)
Berlindung dari Keadaan Jelek di Waktu Tua
Jadi, usia muda adalah masa fit (semangat) untuk beramal. Oleh karena itu, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya. Janganlah disia-siakan. Mintalah juga perlindungan kepada Allah dari usia tua yang jelek sebagaimana do’a yang Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam contohkan. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa meminta perlindungan dengan do’a,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَرَمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ
Allahumma inni a’udzu bika minal kasl wa a’udzu bika minal jubn, wa a’udzu bika minal harom, wa a’udzu bika minal bukhl
[artinya: Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari rasa malas, aku meminta perlindungan pada-Mu dari lemahnya hati, aku meminta perlindungan pada-Mu dari usia tua (yang sulit untuk beramal) dan aku meminta perlindungan pada-Mu dari sifat kikir (pelit)].” (HR. Bukhari no. 6371)
Ada empat hal yang diminta dilindungi dalam doa di atas:
1- Sifat al-kasal, yaitu tidak ada atau kurangnya dorongan (motivasi) untuk melakukan kebaikan padahal dalam keadaan mampu untuk melakukannya. Inilah sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Nawawi rahimahullah.
Bedanya dengan kasal dan ‘ajz, ‘ajz itu tidak ada kemampuan sama sekali, sedangkan kasal itu masih ada kemampuan namun tidak ada dorongan untuk melakukan kebaikan.
2- Sifat al-jubn, artinya berlindung dari rasa takut (lawan dari berani), yaitu berlindung dari sifat takut untuk berperang atau tidak berani untuk beramar ma’ruf nahi mungkar. Juga do’a ini bisa berarti meminta perlindungan dari hati yang lemah.
3- Sifat al-harom, artinya berlindung dari kembali pada kejelekan umur (di masa tua). Ada apa dengan masa tua? Karena pada masa tua, pikiran sudah mulai kacau, kecerdasan dan pemahaman semakin berkurang, dan tidak mampu melakukan banyak ketaatan.
4- Sifat al-bukhl, artinya berlindung dari sifat pelit (kikir). Yaitu do’a ini berisi permintaan agar seseorang bisa menunaikan hak pada harta dengan benar, sehingga memotivasinya untuk rajin berinfak (yang wajib atau yang sunnah), bersikap dermawan dan berakhlak mulia. Juga do’a ini memaksudkan agar seseorang tidak tamak dengan harta yang tidak ada padanya. (Lihat Syarh Shahih Muslim, 17: 28-30)
Allah adalah Hakim Seadil-Adilnya
Di akhir ayat, Allah sebut, 
فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ (7) أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ (8) 
“Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu? Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?” (QS. At-Tiin: 1-8)
Syaikh As-Sa’di rahimahullah berkata, “Apa yang menyebabkan manusia sampai mengingkari hari pembalasan terhadap amalan. Padahal telah banyak bukti dari berbagai ayat Allah dengan bukti yang yakin. Juga sudah ada bukti dengan berbagai nikmat yang telah Allah beri yang kita jangan sampai mengingkarinya.
Bukankah Allah adalah Hakim yang seadil-adilnya? Maksudnya, Allah tidak akan membiarkan manusia begitu saja tanpa diperintah dan tanpa dilarang. Tak mungkin pula Allah membiarkan mereka tanpa diberi pahala dan tanpa diberi hukuman.” (Tafsir As-Sa’di, hlm. 976)
Faedah Surat At-Tiin 
Terakhir, faedah penting yang bisa kita ambil:
1. Keutamaan Nabi Ulul ‘Azmi yang disebut dalam surat ini yaitu Nabi ‘Isa, Nabi Musa, dan Nabi Muhammad ‘alaihimush sholaatu was salaam.
2. Buah tiin dan zaitun punya banyak manfaat, dianjurkan untuk menanamnya.
3. Kota Makkah adalah kota yang mulia dan penuh rasa aman.
4. Allah memuliakan manusia dengan menciptakannya dalam bentuk yang sebaik-baiknya.Allah memuliakan seorang muslim, ketika ia dipanjangkan umurnya, ketika ia berada di usia senja, tetap amalannya dicatat seperti ia muda. Allah terus memberikannya kebaikan dan menjauhkan darinya kejelekan. 
Hanya Allah yang memberi taufik.
Referensi:
Aysar At-Tafasir li Kalam Al-‘Aliyyil Kabir. Cetakan pertama, tahun 1419 H. Syaikh Abu Bakr Jabir Al-Jazairi. Penerbit Maktabah Adhwa’ Al-Manar.
Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
Tafsir As-Sa’di (Taisir Al-Karim Ar-Rahman). Cetakan kedua, tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
Tafsir Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Cetakan pertama, tahun 1432 H. Iyad bin ‘Abdul Lathif bin Ibrahim Al-Qaisi. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.

Surah Adh-Dhuha (Waktu Matahari Sepenggalahan Naik)

Rate this posting:
{[['', '']]}
{["Useless", "Boring", "Need more details", "Perfect"]}

Didalam Surah Adh-Dhuha Allah SWT bersumpah dengan waktu dhuha dan waktu malam: “Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi.” (QS. 93:1-2).

Pernahkah terlintas dalam benak kita mengapa Allah SWT sampai bersumpah pada kedua waktu itu? Beberapa ahli tafsir berpendapat bahwa kedua waktu itu adalah waktu yang paling utama dalam setiap harinya. Imam Arrazi menerangkan bahwa Allah SWT setiap bersumpah dengan sesuatu, itu menunjukkan hal yang agung dan besar manfaatnya. Bila Allah bersumpah dengan waktu dhuha, berarti waktu dhuha adalah waktu yang sangat penting.

Pada waktu itulah Allah SWT sangat memperhatikan hambaNya yang paling getol mendekatkan diri kepada-Nya. Ditengah malam yang sunyi, dimana orang-orang sedang tidur nyenyak tetapi hamba Allah yang pintar mengambil kesempatan di saat itu dengan bermujahadah melawan kantuk dan dinginnya malam dan air wudhu’, bangun untuk menghadap Khaliqnya, tidak lain hanya untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Demikian juga dengan waktu dhuha, dimana orang-orang sibuk dengan kehidupan duniawinya dan mereka yang tahu pasti akan meninggalkannya sebentar untuk kembali mengingat Allah SWT, sebagaimana yang dikatakan oleh sahabat Zaid bin Arqam ra ketika beliau melihat orang-orang yang sedang melaksanakan shalat dhuha: “Ingatlah, sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa shalat itu dilain sa’at ini lebih utama. Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Shalat dhuha itu (shalatul awwabin) shalat orang yang kembali kepada Allah, setelah orang-orang mulai lupa dan sibuk bekerja, yaitu pada waktu anak-anak unta bangun karena mulai panas tempat berbaringnya.” (HR Muslim).

Lantas bagaimana tidak senang Allah dengan seorang hamba yang seperti ini, sebagaimana janjiNya: “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah Kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. 5:35). Diakhir ayat ini terlihat Allah menyatakan kata “beruntung” bagi hambanya yang suka mendekatkan diri kepadanya.

Nah.. kalau bicara tentang beruntung tentu ini adalah rejeki bagi kita. Dan satu hal yang perlu kita ingat bahwa rejeki itu bukan hanya bentuknya materi atau uang belaka. Tetapi lebih dalam dari itu, segala sesuatu yang diberikan kepada kita yang berdampak kebaikan kepada kehidupan kita didunia dan diakhirat adalah rejeki. Dan puncak dari segala rejeki itu adalah kedekatan kepada Allah SWT dan tentu kalau berbicara ganjaran yaitu kenikmatan puncak yang paling akhir adalah syurga. Oleh karena itu para ulama mengajarkan kita untuk berdo’a tentang rejeki ketika selesai shalat dhuha. Jadi salah satu fadilah (keutamaan) dari shalat dhuha itu adalah sarana jalan untuk memohon limpahan rejeki dari Allah swt.

Tetapi yang lebih dalam dari itu lagi adalah shalat dhuha ini adalah salah amalan yang disukai Rasulullah saw beserta para sahabatnya (sunnah), sebagaimana anjuran beliau yang disampaikan oleh Abu Hurairah ra: “Kekasihku Rasulullah saw telah berwasiat kepadaku dengan puasa tiga hari setiap bulan, dua raka’at dhuha dan witir sebelum tidur” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud).

Kalaulah tidak khawatir jika ummatnya menganggap shalat dhuha ini wajib hukumnya maka Rasulullah saw akan tidak akan pernah meninggalkannya. Para orang alim, awliya dan ulama sangatlah menjaga shalat dhuhanya sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Syafei’: Tidak ada alasan bagi seorang mukmin untuk tidak melakukan shalat dhuha”. Hal ini sudah jelas dikarenakan oleh seorang mukmin sangat apik dan getol untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya”.

Jadi tidak ada alasan lagi bagi kita sebagai seorang muslim yang mempunyai tujuan hidup untuk mendapatkan ridho-Nya meninggalkan shalat dhuha karena kesibukan duniawi kita kecuali karena kelalaian dan kebodohan kita sendiri.

Hemifacial Spasm (HFS)

Rate this posting:
{[['', '']]}
{["Useless", "Boring", "Need more details", "Perfect"]}

Mungkin tidak banyak orang yang tau apa itu Hemifacial Spasm, disfungsi saraf ini bisa menyerang siapa saja baik pria maupun wanita usia muda dan tua. Kurangnya informasi mengenai penyakit ini menyebabkan penanganan pengobatan yang tidak tepat bagi penderitanya, bahkan beberapa spesialis syaraf yang tidak kompeten tanpa MRI mendiagnosa penderita HFS sebagai penderita Bell’s Palsy. Hemifacial Spasm adalah suatu kelainan neuromuskular yang ditandai dengan adanya kedutan (twitching) atau kontraksi (spasm) otot-otot wajah di satu sisi.



Hemifacial Spasm terjadi akibat penekanan atau iritasi dari saraf fasialis (saraf ke VII) oleh pembuluh darah di sekitarnya. Penekanan pembuluh darah inilah yang menyebabkan saraf fasialis tidak bekerja secara normal, yang menyebabkan kontraksi otot-otot wajah tidak bisa dikendalikan.



Dokter Rocksy F. Situmeang, spesialis saraf menjelaskan "Saraf fasialis merupakan salah satu dari 12 saraf di otak yang bertugas menggerakkan otot-otot pada area wajah. Saraf ini yang bisa membuat otot wajah bergerak, termasuk menggerakkan kelopak mata untuk membuka dan menutup, mengerutkan dahi, menggembungkan pipi hingga tersenyum".



Menurut dr. Mohammad Sofyanto, Sp.BS "HFS bisa terjadi karena pergesekan pembuluh darah dan saraf, selain itu faktor penyebab HFS bisa juga terjadi karena kelainan anatomis alias bawaan sejak lahir. Dalam beberapa kasus, pembuluh darah di batang otak yang lebarnya 2-4 mm mengalami kelebihan panjang sehingga bersenggolan dengan berbagai organ penting lainnya. Faktor lainnya diakibatkan oleh mengecilnya volume otak akibat pertambahan usia. Karena otak mengecil, maka posisi saraf berubah hingga menyenggol pembuluh darah di sekitarnya".



Sedangkan menurut dr. Frandy Susatia, Sp.S, penyebab HFS bisa terjadi karena penekanan "Misalnya ketika tidur dengan posisi miring, tangan diletakkan di bawah wajah, jadinya tertekan. Nah bangun pagi-bagi wajah terasa baal, karena tertekan tadi" .



GEJALA :

Otot pada salah satu bagian wajah tidak sengaja kedutan/kejang, biasanya diawali dibagian sekitar kelopak mata, kemudian menyebar menuju pipi dan mulut. Kedutan kemungkinan sementara pada awalnya tetapi bisa jadi hampir berlanjut sehingga terlihat mata berkedip tanpa bisa dikendalikan dan terkadang membuat mata tertutup karena seringnya kontraksi otot-otot wajah. Gangguan tersebut pada hakekatnya tidak menyakitkan tetapi bisa memalukan🙊



Dalam jangka waktu yang lama jika penderita mengalami kelelahan, stress dan cemas maka intensitas kedutan akan semakin dirasakan dan dapat menimbulkan rasa nyeri.



DIAGNOSA :

Selain dengan gejala klinis, Magnetic resonance imaging (MRI) harus dilakukan untuk memeriksa tumor, kelainan struktur lain, dan bukti pada multiple sclerosis. MRI bisa mengenali kelainan simpul pada tekanan arteri melawan syaraf tersebut. Kadang sebagian kecil kasus bisa disebabkan karena tumor otak.



PENGOBATAN :

·         Hemifacial Spasm tidak bisa dihilangkan dengan obat-obatan. Sehingga perlu terapi lain secara lebih invasif diantaranya dengan injeksi Botulinum Toxin (Botox). Terapi secara suntik lokal ini akan mengurangi gejala secara temporer, sehingga biasanya perlu penyuntikan secara berkala.

·         Terapi lainnya menggunakan akupuntur sengatan listrik pada bagian wajah yang sakit, lengan dan kaki. Terapi ini juga bersifat temporer selang beberapa waktu kejang kembali dirasakan.

·         Obat-obatan yang biasa diberikan dokter adalah obat antidepresan carbamazepine dan benzodiazepine untuk membantu mengurangi gejala spasm bukan menyembuhkan.

·         Terapi penanganan yang dianjurkan adalah dengan bedah mikro Microvascular Decompression (MVD). MVD akan menyembuhkan secara total dan permanen kelainan ini. Dengan tehnik bedah mikro akan terlihat jelas saraf fasialis, akar saraf fasialis di batang otak dan pembuluh darah yang menekan atau menjepit.  

Setelah itu operasi dimulai dengan penyayatan kulit kepala selebar 5 cm kemudian mengebor batok kepala pasien, persis di bagian belakang telinga hingga membentuk lubang selebar 1,2 cm. Bor canggih itu otomatis berhenti ketika ujung matanya menyentuh permukaan otak kecil pasien. Setelah otak kecil terlihat, dokter akan mengempeskannya dengan coblosan kecil, sekitar 100 ml cairan yang melingkupi organ vital sebesar kepalan tangan bayi tersebut disedot ke luar.

Setelah kempes, otak yang terbungkus dalam selaput tipis disibakkan perlahan-lahan hingga saraf nomor tujuh terlihat jelas. Proses pengerjaan dalam tahap ini harus diperbesar dengan mikroskop karena areal kerja yang lebarnya cuma 8 mm dibutuhkannya ketelitian dokter yang menangani, operasi ini dapat berlangsung 2-4 jam.



Setelah saraf dan pembuluh darah dipisahkan, di antara keduanya disisipkan serabut Teflon lembut dan dilem agar tidak berubah posisi. Serabut Teflon maupun lem tidak akan menimbulkan efek. Bahan-bahan ini berstandard internasional. Kemudian otak yang semula kempes dimasuki cairan hingga menggelembung kembali. Lubang bekas bor ditutup dengan debu sisa tulang batok kepala.



Saraf nomor tujuh (fasialis) juga berdekatan dengan saraf nomor delapan (Vestibulokoklearis) yang mengatur pendengaran dan keseimbangan tubuh. Jika operasi sampai melukai saraf itu, bisa dipastikan pasien akan mengalami gangguan pendengaran bahkan bisa tuli. Sekitar 5% dari jumlah pasien mengalami gangguan telinga berdengung setelah operasi. Umumnya seminggu sudah normal kembali namun ada juga beberapa yang berdengung permanen. Selain itu pasien akan kesulitan dalam menopang keseimbangan tubuhnya, vertigo juga timbul dari akibat terganggunya syaraf ke delapan.



Keberhasilan operasi untuk Hemifacial Spasm sangat tinggi (> 90%) dan ini juga tergantung dari beratnya gejala dan lamanya menderita. Tindakan Microvascular Decompression merupakan salah satu standar penanganan yang sering dilakukan untuk kasus Hemifacial Spasm dan angka kekambuhan setelah operasi sangat kecil. Beberapa pasien akan mengalami kejang/kedutan beberapa hari setelah menjalani operasi namun akan hilang dan kondisi syaraf kembali normal seperti sebelumnya.



Dengan tehnik bedah mikro ditunjang alat-alat yang canggih dan modern, kasus-kasus Hemifacial Spasm bisa ditangani dengan baik dengan hasil yang memuaskan dan nyaman bagi penderitanya. 



Biaya untuk melakukan operasi ini berkisar 100 jt - 250 jt. Cukup mahal bukan? 🙈 



Chek this out 👉 proses operasi  https://youtu.be/ohCNK4JsXh

Postingan Populer