Jagalah Kehormatan Saudaramu

Rate this posting:
{[['', '']]}
{["Useless", "Boring", "Need more details", "Perfect"]}
Beberapa waktu yang lalu, saya dikagetkan dengan sebuah postingan di facebook. Postingan tersebut memberikan informasi bahwa salah satu teman saya telah berpulang. Awalnya saya menanggapi ini karena manfaat perkembangan teknologi informasi cepat menyebar dalam hitungan detik secara real time. 


Namun ada salah satu akun yang meresahkan hati saya akun pengguna tersebut menshare konten foto dan mentag pada akun facebook teman saya yang sudah meninggal, tentunya semua pengguna lain yang menjadi teman di facebook alm dapat melihat postingan tersebut.


Sebuah foto terakhir dari alm setelah melewati sakaratul maut, sebenarnya sangat tidak pantas untuk di publikasikan. Alm semasa hidup selalu memilah-milih foto yang bagus jika akan di upload dimedsos agar tidak kelihatan jelek, biarpun temannya dirasa jelek dia cantik tidak akan keberatan di upload. You know what I means right? 

Berbagai komentar pun berdatangan menanyakan riwayat kesehatan alm, beberapa akun pengguna yang lain menyampaikan rasa bela sungkawanya dan ada juga yang protes mengenai foto tersebut.



Bagaimana dalam syariat islam mengenai hal ini ? (Maaf buat teman2 yang berbeda keyakinan).


من ستر مسلما ستره الله في الدنيا والاخرة


“Barang siapa yang menutup (aib/cacat) seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat” (HR. Muslim).


Kalau saja seorang di antara kita ketika hendak bepergian berusaha menjaga penampilan, berdandan di depan cermin, dan selalu ingin tampil dalam kondisi yang paling baik, maka bagaimana mungkin ia tega memperlihatkan fisik saudaranya yang sudah terbujur kaku dengan kondisi yang tidak enak dipandang?

Bayangkan jika itu terjadi pada diri Anda, apakah Anda rela kondisi Anda saat itu diabadikan, baik foto maupun video lalu diunggah dan dibagikan di media sosial? Tentu tidak ada yang mau diperlakukan seperti itu.


Jika yang masih hidup saja belum tentu rela difoto tanpa sepengetahuannya, apalagi yang sudah mati? Bagaimana dia mau dimintai izin? Belum lagi jika si mayit ini dalam keadaan tersingkap auratnya, atau rusak fisiknya.


Pernahkah Anda berpikir, bagaimana jika orang tersebut kelak menuntut Anda di hadapan Allah pada hari kiamat? Wahai Rabb kami, tanyalah orang ini kenapa dulu dia mengabadikan fotoku? Kenapa dia sebarkan auratku di hadapan orang banyak? Kenapa dia membuat sedih keluargaku, anakku?


Dalam istilah Bahasa arab disebut tajassus alias memata-matai dan mencari-mencari kesalahan orang lain. Allah Ta’ala berfirman:


وَلَا تَجَسَّسُوا


“Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain” (QS. Al Hujurat: 12).

Dalam hadits yang statusnya marfu’ sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan:


وَلا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ


“Janganlah kalian mencari-cari aurat (aib) kaum muslimin” (HR. Abu Dawud).


Mengabadikan foto tanpa sepengetahuan yang difoto termasuk dalam larangan tajassus, di mana orang merasa tidak aman karena privasinya terganggu.

Sebagian orang beralasan kurang bisa mengambil pelajaran dari sebuah musibah kecuali setelah melihat langsung. Benarkah separah ini sampai kita tidak bisa membayangkan orang mati kecuali dengan melihat postingan mayat yang meninggal.

Kaidah dalam syari’at mengatakan:


 درء المفاسد مقدم على جلب المصالح


“Mencegah mafsadah didahulukan daripada meraih maslahat”.


Oleh karenanya, mencegah rusaknya hak privasi dan kehormatan lebih didahulukan daripada memberikan pelajaran bagi orang lain dengan menyebarkan foto-foto orang yang sudah meninggal.


Dan maslahat apa yang hendak diraih jika dilakukan dengan cara yang tidak dibenarkan syari’at. Itu namanya takalluf, berlebih-lebihan. Kecuali dalam kondisi-kondisi darurat yang menuntut hal itu, seperti dokumentasi oleh pihak berwajib guna penyelidikan. Dan sekali lagi, itu pun bukan konsumsi publik.


Sungguh syari’at Islam mengajarkan kita untuk selalu menjaga kehormatan orang yang sudah mati sebagaimana ketika masih hidup. Di mana kita diperintahkan untuk menampakkan yang baik-baik dah menutup aib si mayit. Bahkan orang yang memandikan jenazah pun tidak boleh menceritakan apa yang ia lihat jika itu buruk.


#SemogaBermanfaat

Sumber Hadist dan tambahan artikel 

muslim.or.id

Comments
0 Comments

0 Komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer